Sabtu, 17 Oktober 2015

Mak Recok : Menjadi Penulis Di Usia senja



Tidak ada kata terlambat untuk memulai. Kata kata mutiara yang abadi. Selalu actual dari jaman dahulu kala. Kenapa? Secara logika, kata-kata itu menjadi abadi karena  ternyata kebanyakan orang terlambat untuk memulai.

Kata-kata itu dilengkapi oleh kata-kata berikutnya, ‘daripada tidak pernah memulai’.
Sebagai  orang yang sering melakukan pemikiran dan silmulasi dalam pertimbangan melakukan sebuah keputusan.  Misal nih, saya di usia yang tak muda ini mengikuti  lomba menulis, maka ada hal-hal yang perlu dipertimbangan.

1.       Jelas saya harus merefress otak saya yang dipenuhi cabe-cabean dan terong-terongan. Inspirasi hanya akan mudah terserap melalui otak bening nan terang.

2.       Meluruskan niat agar taat jadwal mengerjakan ‘proyek’ ini.  Jadi harus tahan godaan terhadap segala medsos yang diikuti. Ough… sebagai mahluk social, wanita paruh baya, medsos adalah organ tubuhnya, yang Tuhan ciptakan melalui manusia, dan ditempatkan di luat tubuhnya. You know what I mean laah.

3.       Mengumpulkan bahan bacaan, dan tentu saja membacanya! Membacanya! Membacanya!... jiaaah…  sangking pentingnya membaca, Tuhanpun memerintahkan membaca pada Nabi Muhamad, saat menurunkan Wahyu pertamanya. Dan sebagai muslim, semestinya, aku mengikutinya.  Tapi kurasa di setiap kebaikan itu ada keburukan, karena, Tuhan memang menciptakannya begitu bukan? Jadi yang terjadi adalah tempat tidurku dipenuhi bacaan. Hingga kolong kasurnya. Kamu bisa bayangkan teritorialnya. Disampingku, wilayah bebeb berbaring, begitu bersih, sementara disebelahnya… ah sudahlah. Tapi  aku yakin kelakuan seperti ini bukan aku seorang. Sayangnya, kebiasaan buruk itu tidak diiringi dengan penambahan ilmu dari bacaan dengan significant. Karena begitu aku memegang bacaan, kantukku datang. Huuufff…

4.       Siapkan selalu catatan. Karena kamu tak akan menyangka kapan dan dimana inspirasi itu akan datang.


Nah, mari kita lakukan!

Tidak ada komentar: