Maafkan ibu nak,
Karena marah dan
jengkel melihat kemalasanmu. Kau sia siakan waktu subuhmu, kau tulikan telinga,
sekalipun alarm HP kau bunyikan. Kau, yang berdiam, terpejam, seolah segala
bunyi-bunyian yang masuk telingamu tak
mampu menembus alam tidurmu. Ibu coba mengerti pada harimu kemarin, yang
melelahkan.
Karena ibu telah membandingkan dirimu dengan ibu saat ibu
kelas 4 (10 thn). Dulu ibu secara sadar
dan bertanggung jawab memegang bagian pekerjaan rumah tangga. Nenek dan kakek
yang bekerja, mampu membuat organisasi keluarga berjalan semestinya. Hal yang ibu belum mencobanya. Ibu hanyalah
ibu rumah tangga biasa. Hingga mungkin kau anggap perbandingan Itu tidak adil buatmu bukan.
Maafkan ibu, nak
Karena selalu memintamu menjadi tauladan bagi adik-adikmu di
rumah. Semestinya, ibu dan bapaklah yang menjadi tauladan bagi anak-anaknya di
rumah.
Maafkan ibu, nak
Karena selalu marah melihatmu asyik menggenggap gadgetmu,
hingga kau hilang dari dunia. Mulut yang menjerit, menusuki telingamu, seolah
senyap buatmu. Ibu yang salah, kenapa tidak ibu banting saja gadget itu. Ibu
tak mungkin menjelma menjadi gadgetmu, benda yang ajaib membuatmu senang,
menyedot emosimu, menghiburmu, menghubungkan kau dengan teman-temanmu. Karena
ibu Cuma di sini. Bergerak, berbunyi, tapi seperti angin, senyap.
Apa semestinya ibu banting gadgetmu?
Karena ibu tak mungkin berhasil bersaing dengan gadget.
Karena gadget adalaha kesalahan ibu. Kenapa ibu menghadiahimu dengan gadget
ini.
Maafkan ibu nak,
Yang belum bisa menjadi orang tua yang ideal. Jika sempurna
hanya milik Allah semata, setidaknya ibu ingin kita sedang menuju kesempurnaan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar