Membaca ini, langsung terjadi kontroversi hati.
Agak terpana juga saya membaca edaran ini, apalagi suratnya miring-miring seperti ini. Halaag.
Point 1, Kegiatan
Belajar Mengajar dimulai pukul 06.00 s/d 13.30.
Berarti, berangkat
lebih pagi, masak lebih pagi. Hmm, akan berasa masak buat saur nampaknya. Untuk
yang punya pembantu siap layan mungkin tak jadi persoalan. Untuk ibu RT tanpa
pramuwisma, sepertiku, mungkin awalnya lebih ribet, waktu panik-nya akan berasa
lebih menggedor-gedor adrenalin *. Ibarat sleeping
beauty yang terbangun bukan karena kecupan pangeran, tapi jingle alarm
bernada sirine*. Sleeping beauty yang
bangun dengan lemah lembut, dengan ‘hoaaaah’ mendesah, merayu, mengundang*,
mungkin akan berubah adegannya menjadi ibu-ibu yang terbangun saat mimpi yang
lagi seru-serunya diputus. Dan ‘hoaaaaah’ yang mendesah itu berubah menjadi … “Astaga!
Kesiangan!”.
Pada keluarga dengan
pembantu, ibu yang baik, menyediakan makan lebih pagi tidaklah menjadi
masalah (sedikit sih, masalahnya). Tapi bayangkan, bagaimana dengan anak-anak
yang ditinggal ibunya bekerja, semisal TKI, Pekerja pagi (berjualan di pasar),
pabrik?
Bukan cerita isapan jempol, beberapa orang murid tak pernah
sarapan karena ‘ketiadaan’ ini.
Bayangkan, pada muris kelas in, setelah dia tak sarapan, pada saat
istirahat tiba, dia tak dapat jajan karena penjual dilarang berjualan di sekolah.
Maka tak aneh, otaknya yang minim suplay nutrisi harus bekerja ekstra berat
untuk mencerna pelajaran di kelas. Kasihan.
Point 2. Seluruh
siswa harus menggunakan sepeda sebagai
sarana transportasi ke sekolah, pada saat ada jam mata pelajaran PENJASKES
(Olah raga). Semua siswa dilarang
menggunakan sepedah motor dengan alasan apapun. GOOD POINT.
Tapi tetap saja ada ‘tetapi’, apakah PEMDA telah menyediakan
sarana aman untuk pengendara sepeda? Jalur khusus, misalnya. Karena jangan-jangan
bukannya sehat yang dicapai dengan bersepeda ke sekolah, melainkan bonyo,
karena kecelakaan dengan kendaraan bermotor lain. Selain itu para orang tua miskin, (sekali
lagi) akan terbebani dengan keharusan menggunakan sepeda, walau hanya seminggu
sekali.
Memang dengan instruksi ini, setidaknya ini menjadi salah
satu cara mengeliminasi siswa yang jarak tempuhnya jauh dari sekolah. Sistem
rayon pada PPDB (Penerimaan Peserta Didik Baru) akan berjalan dengan
sendirinya.
Bersambung
Tidak ada komentar:
Posting Komentar