Di jaman sekarang ini apalah artinya uang senilai Rp.
30.000? sekilo kurang ayam? 2 mangkok baso? Sepiring nasi goring berikut
minuman plus parkir? berapa liter bensin yang dapat mencapai beberapa
kilometer. Ternyata banyak ya artinya Rp. 30.000. Tapi tetap saja, untuk
segelintir orang, uang segitu nyaris tak bernilai.
Tapi
kenapa kami, aku dan suamiku, mau melakoni rutinitas untuk Rp. 30.000 itu?
Singkat kata, sudah beberapa bulan ini kami memelihara beberapa puyuh. Mulanya,
kami hanya bertujuan uji coba sebagai jalan alternative untuk pengisi waktu dan
pengisi pundi-pundikami saat suamiku pension.
Kami
percaya, tak ada jalan yang instan. Maka
kami lakoni saja. Dari 250 ekor burung, Rata-rata pendapatan Rp, 900.000/bulan menjadi
lebih ciut lagi, karena pakannya menembus angka rp, 600.000/bulan. (semua
hitungan kasar). Jadi kami mendapat Rp, 300 000/bulan, jadi rata-rata harian 10
rb/hari.
Resiko
itu belum ditambah dengan predator tikus yang akhir-akhir ini rajin mengambil
jatah ilegalnya dari kandang kami. Bukan hanya 1-2 burung yang dimangsa, tapi
kami pernah menemukan hingga 10 ekor puyuh dalam semalam, mati mengenaskan. Pagi
ini kami melakukan evakuasi seekor burung yang lumpuh, akibat shock mengalami
serangan predator semalam.
Jadi
kenapa kami tetap melakoninya? Yah karena kami percaya bahwa rezeki harus kami
jemput. Sekalipun kami tahu, rezeki tak akan berkurang atau bertambah. Tuhan
telah memberikan rezeki sesuai takarannya.
Kenapa
kami setia walau nilainya sangat kecil? Karena kami percaya, bagaimana kami
mendapat yang besar, bila yang kecil saja kami tolak. Maaf, kami bukan maniak
uang. Kami Cuma punya hobi akan uang. Jelas berbeda ya. Karena seorang
penyandang maniak, mestinya mengalami kelainan mental. Sedang seorang penghobi,
adlah orang yang berbahagia, dengan apa yang dia sukai. Hehe.
Tuhan
memang tidak pernah mengguyur kami dengan hujan duit.
Tapi
rezeki yang aku rasakan adalah kesehatan saat kami melakoninya. Jangan
sepelekan, saat suamiku turun naik membersikan kandang puyuh. Secara tak
sengaja, dia telah berolah raga. Jelas!
Dan saat aku setiap pagi aku mengantarkan telur ke tukang
sayur. Berjalan kaki (olah raga), bertukar sapa,hingga berseloroh dengan tetangga dan tukang sayur (kesehatan
mental). Disitulah kami merasakan anugerah tuhan, bukan hanya sekedar Rp,
30.000.
Kini kami harap kamu tahu kenapa
kami melakoninya untuk Rp, 30.000.